Info Majelis
Home / Sejarah Majelis DPI

Sejarah Majelis DPI

Majelis Maulid Dakwah Pemuda Islam (DPI)Malang

Harokah Membawa Barokah

Malang Raya memang kaya dengan majelis dzikir dan majelis taklim. Salah satunya Majelis Maulid Dakwah Pemuda Islam atau biasa dikenal dengan DPI. Majelis yang juga ternyata diikuti kaum sepuh ini sudah 2 tahun hadir untuk warga Kota Malang, khususnya. Majelis ini di asuh oleh habib muda kelahiran Makkah Almukarromah, Habib Muhammad Bin Ahmad Al-Habsy untuk meneruskan perjuangan salah satu gurunya, Habib Taufiq bin ‘Abdul Qadir bin Husein Assegaf, da’i kondang dari kota santri, Pasuruan, Jawa Timur.

Dakwah Pemuda Islam atau dikenal dengan DPI, beberapa tahun lalu, antara tahun 1997 atau tahun 1998 sudah pernah terbentuk, saat itu diasuh langsung oleh Habib Taufiq Assegaf dan jamaahnya cukup besar di Pasuruan khususnya. Kala itu, tahun 1996 sampai 1999, Habib Muhammad masih nyantri pada Habib Taufiq bersama sekitar 20 atau 25 santri yang lainnya.

“Alhamdulillah beliau (Habib Taufiq) memang luar biasa, waktu itu masih muda dan tokoh muda yang luar biasa sampai sekarang. Inisiatifnya, terus ghirrohnya (kecemburuan dalam agama) begiru besar,” kenang Habib Muhammad.

Jadi, ada orang yang punya ilmu yang tidak cemburu dengan agamanya, ada orang yang cemburu tapi tidak punya agama. Dari kecemburuan-kecemburuan agama yang membara seperti itu, Habib Taufiq berinisiatif mengumpulkan para santri termasuk Habib Muhammad sendiri untuk membentuk sebuah majelis maulid bagi anak-anak muda, maka lahirlah Majelis Dakwah Pemuda Islam. Habib Muhammad tahu persis sepak terjang dan awal terbentuknya serta perjalanannya dari waktu ke waktu. Mulailah majelis maulid ini melaksanakan kegiatan dakwah dari musholla ke musholla, dari masjid ke masjid sampai 1999.

Setelah cukup mendapat keberkahan ilmu dari Habib Taufiq, tepatnya tahun 1999, Habib Muhammad melanjutkan tholabul ilminya ke Hadromaut, nyantri kepada Habib Umar bin Hafidz. Selama ngaji di Hadromaut, terputuslah kabar mengenai perkembangan DPI, karena pada waktu itu, fasilitas telepon dan fax pun begitu mahal karena santri yang serba pas-pasan dalam bekalnya.

Setalah 6 tahun lamanya menimba ilmu kepada Habib Umar bin Hafidz, tepatnya tahun 2005, Habib Muhammad pulang ke Malang.

Habib Muhammad langsung mencari kabar dari teman-temannya tentang DPI. Ia terkejut bukan main mendengar berita bahwa DPI yang di Pasuruan sudah tidak berjalan lagi karena beberapa sebab, di antaranya dimasuki orang-orang partai dengan menaruh umbul-umbul partai sebelum acara dimulai atau panggung belum terpasang. Alasan yang kuat menutup lainya ialah dilihat dari madhorotnya lebih besar daripada manfaatnya jika dilanjutkan majelis ini.

Dari pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama mengikuti perkembangan DPI dan mendampingi Habib Taufiq dalam majelisnya itu, Habib Muhammad ingin menghidupkan kembali dakwah sang guru, khususnya di Kota Malang. Dengan nama yang sama dan tujuan yang sama yaitu menghidup-hidupkan majelis maulid dan menyebarkan ilmu yang dibawa oleh Rasulullah SAW.

Inisiatif yang mulia ini suatu ketika ditawarkan kepada santri-santrinya, dan disampaikan berkali-kali sebelum dimulainya majelis maulid ini. Kenapa demikian? Supaya jangan sampai ditinggalkan alias tidak istiqomah.

Maka pada tahun 2010, Habib Muhammad memulai Dakwah Pemuda Islam ini dari musholla ke musholla di daerah Tanjung gang 3 dengan jamaah antara 5 sampai 7 orang kampung dan pengiring shalawat nabi dari santri-santri beliau.

Tidak terencana, suatu ketika, Habib Muhammad menghadiri suatu majelis di Kediri dan di sana ia bertemu dengan sang guru, Habib Taufiq di majelis haul tersebut. Maka, Habib Muhammad tidak menyia-nyiakan kesempatan yang tepat ini untuk mengutarakan keinginannya menghidupkan kembali Majelis Dakwah Pemuda Islam ini. Habib Taufiq merestui dan sanggup menjadi penasehat dalam majelisnya ini.

“Bagus, dan saya akan datang sebulan sekali, tolong ingatkan saya”, begitu ujar Habib Taufiq kepada Habib Muhammad yang menjadikan ghirroh (semangat) membangkitkan DPI kembali dengan ijin dan ridho dari sang guru.

Dalam berdakwah yang pada waktu masih serba kekurangan fasilitas, Habib Muhammad mempunyai keyakinan bahwa dalam berdakwah tidak harus menunggu fasilitas. Banyak para ulama, habaib kita yang mengatakan, ‘Alaina alharokah waminallohi albarokah, maksudnya pokoknya kita bergerak,berusaha, karena berkah itu tidak akan turun kecuali kita mau bergerak. Buktinya, banyak orang yang punya fasilitas, tapi tidak segera berdakwah. Perkataan diatas merupakan modal dan landasan utama habib dalam semangat dakwahnya dalam majelis maulid yang diasuhnya ini.
Alhamdulillah, berkah keikhlasan santri dalam membantu menghidupkan majelis ini, menjadikan buah keberkahan itu datang. Dan menjadi contoh dalam berdakwahnya ini, khodimul majelis meniru atau terinspirasi salah satu metode dakwah guru beliau yaitu Habib Alwi Alaydrus yaitu dengan membawa ceret (tempat minum sendiri) ketika mengajar, menyampaikan dakwah sendiri. Intinya beliau tidak mau membebani yang ditempati dan kalau bisa kita yang berkorban.

Ada cerita unik, suatu ketika ada takmir masjid yang kita datangi dan ada di sana orang yang berumur tua karena meragukan keberadaan DPI ia mengatakan, “Apa DPI ini, kok mirip namanya dengan nama-nama organisasi yang keras-keras?”. Dan dari nama seperti itu, orang jadi penasaran dan kenapa kok nggak ada islamiyahnya? Beliau menjawab “Ada, dakwah dan Islam itu kan dari bahasa Arab”.

Dari namanya, DPI (Dakwah Pemuda Islam), dalam benak masyarakat, DPI ini hanya untuk para pemuda. Dan memang, tujuan utama awal didirikannya majelis ini untuk para pemuda dan fastabiqul khoirot (berlomba-lomba dalam kebaikan). Kenapa ada kata “pemuda”?, diharapkan ini sebagai wadah pemuda Islam untuk menimba ilmu dan merasa memilikinya kalau pemuda punya mejelis yang mulia ini. Kalau orangtua taat itu wajar. Maka para ulama mengatakan, bahwa masa-masa muda itu adalah masa-masa futuriyah (berbahaya). Kalau diantara umur 15 sampai 39 ini kalau pemuda hidup dalam kebaikan, insyaallah selanjutnya baik terus. Tapi kalau masa-masa itu dalam kelalaian dan jauh dari Allah, maka selanjutnya akan mengikuti kebiasaannya.

Dalam Al-Qur’an disebutkan dalam surat al-Kahfi ayat ke 13 bahwa sesungguhnya pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhannya maka ditambahkan kepada mereka berupa petunjuk.

Bahkan di dalam dakwahpun Nabi dikelilingi para pemuda, seperti dikatakan Nabi, Shaddaquuna asysyabaab wa kaddzabuuni asysyuyuukh. Maka, dakwah metode Nabi Muhammad SAW ini menjadi salah satu metode daripada majelis DPI ini, Majelis yang sangat mencintai para pemuda.
Dalam menjalankan ini, guru beliau, Habib Taufiq, sebagai penasehat majelis terus memberikan arahan. Diantara saran Beliau, jangan ceramah lepas tapi ceramah dengan membawa kitab dan tujuan yang disampaikan itu jelas arahnya ke mana. Maka, demi mewujudkan nasihat beliau ini, Habib menyampaikan ilmu Allah dalam majelis dengan menggunakan kitab Manhaj Assa’Adah. Kitab yang banyak mengandung kalam-kalam hikmah ulama-ulama nusantara ini, yang kemudian sedikit demi sedikit isi kandungannya diberi penjelasan yang terarah.

Mungkin ada pertanyaan di masyarakat, Kenapa mulai majelis ini dimulai setelah Maghrib? Ini untuk menjawab omongan-omongan orang yang mengatakan banyak majelis yang kemaleman, nah maka kita buat yang lebih awal mulainya. Nanti kita lihat, benar nggak mau mengikuti majelis maulid. Dan Alhamdulillah, DPI juga ada jadwal rutin 2 minggu sekali tepatnya Jumat berlokasikan di korwil DPI di daerah Jedong, Wagir.

Program dakwah lain selain berupa majelis maulidnya, di DPI juga mempunyai program lain berupa dakwah bil qolam atau dengan tulisan yaitu buletin DPI yang diterbitkan 2 minggu sekali.

Jika ingin dihadiri Majelis Dakwah Pemuda Islam di tempat atau daerah pembaca setia Media Ummat berada, anda tinggal memberi tempat. Dan sebagai pengasuh Majelis Dakwah Pemuda, Habib Muhammad pun sangat menerima jika Nasehat pada dirinya pribadi serta pengurus-pengurusnya, dan segala kekurangan yang ada dalam majelis ini harapannya jangan hanya memberi saran dan kritik saja, akan tetapi me-mohon untuk dibantu dan dibenahi. Dan khodimul majelis juga tak lupa memohon doa dan restunya dengan majelis yang di-embannya ini. (Bdrs/MU)

Comments are closed.

Scroll To Top